Jumat, 29 April 2011

laporan farmasetika (tablet)


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Teori Dasar Tablet

a. Definisi Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai, tablet dapat berbeda ukuran, bentuk, berat, kekersan, dan ketebalalan, daya hancurnya dan aspek lain yang tergantung dengan pemakaian tablet dan cara pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian secara oral. Kebanyakan tablet dibuat dengan penambahan zat warna dan zat pemberi rasa. Tablet lain yang penggunaanya dapat cara sublingual, bukal, atau melalui vagina.

Dengan metode pembuatan tablet yang manapun, tablet yang dihasilkan harus mempunyai sifat-sifat yang baik, yaitu :
1. Cukup kuat dan resisten terhadap gesekan selama proses pembuatan, pengemasan, transportasi dan sewaktu di tangan konsumen. Sifat ini diuji dengan uji kekerasan dan uji friabilitas.
2. Zat aktif dalam tablet harus dapat tersedia dalam tubuh. Sifat ini dilihat dari uji waktu hancur dan uji disolusi.
3. Tablet harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman kandungan (untuk zat aktif kurang dari 50 ml). Parameter ini diuji dengan variasi bobot dan uji keseragaman kandungan.
4. Tablet berpenampilan baik dan mempunyai karakteristik warna, bentuk dan tanda lain yang menunjukkan identitas produk.
5. Tablet harus menunjukkan stabilitas fisik dan kimia serta efikasi yang konsisiten


C. KOMPONEN TABLET
1. ZAT AKTIF
Kebanyakan zat aktif tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet karena tidak punya daya ikat yang cukup yang perlu untuk membuat suatu tablet, disamping itu tidak semua zat aktif mempunyai sifat alir yang baik.
Zat aktif dalam pembuatan tablet dapat dibagi dua :
1. Zat aktif yang tidak larut, dimaksudkan untuk memberikan efek local pada saluran cerna, misalnya adsorben untuk tukak lambung (Norit) .
2. Zat aktif yang larut, dimaksudkan untuk membarikan efek sistemik setelah terdisolusi dalam cairan salura cerna kemudian diabsorbsi, terhadap zat aktif yang harus diperhatikan formulasinya, desain, bentuk dan manufaktur untuk menghasilkan tablet yang diinginkan. Sifat kelarutannya merupakan dasar untuk memformulasi dan mendesain produk yang efektif.

2. ZAT TAMBAHAN
Eksipien atau zat tambahan adalah zat inert yang tidak aktif secara farmakologi berfungsi sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk membentuk tablet dan untuk mempermudah teknik pembuatan tablet. Dalam pemilihan bahan tambahan untuk pembuatan tablet harus diperhatikan sifat fisika dan sifat kimianya, begitu juga dengan stabilitas dan zat tambahan yang digunakan.
Bahan tambahan tablet antara lain adalah :
1. Zat pengisi, zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam sebuah formulasi tablet untuk penyesuian bobot dan ukuran tablet sesuai dengan yang ditetapkan, jika jumlah bahan aktif kecil, juga untuk mempermudah pembuatan tablet walaupun pengisi adalah zat yang inert secara farmakologi, zat tersebut masih dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biofarmasi dari sedian tablet. Contoh, interaksi basa atau garam – garam amin dengan laktosa dan alkali basa yang menyebabkan terjadinya perubahan warna coklat sampai hitam. Laktosa tidak bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide. Penggunaan dari pengisi tergantung dari volume atau berat tablet yang diingan. Bahan pengisi yang sering digunakan: laktosa USP, lactose anhydrous, spray dried lactose. Amylim : maydis, oryzae, meranthae, solany, mannitol, sukrosa dan lain- lain.
2. Bahan pengikat, adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara partikel–partikel serbuk dalam masa tablet yang diperlukan untuk pembentukkan granul dan kemudian untuk pembentukan massa menjadi kompak dan padat yang disebut tablet, pengikat dapat dibagi dua :
a. Pengikat kering (binder), pengikat kering ditambahkan kedalam massa kering. Contoh, bahan kering yang sering digunakan:
- Acasia 2 – 5 %
- Derivat selulosa 1 – 5 %
- Sukrosa 2 – 25 %
b. Pengikat Basah ( Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi, contoh pengikat basah yang sering digunakan:
- Derivat selulosa 1 – 5 %
- Gelatin 1 – 5 %
- Pasta amylum 1 – 5 %
- Natrium Alginat 2 – 5 %
3. Bahan penghancur, zat inert secar farmakologi yang ditambahkan pada massa untuk membantu mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna, zat disintegran dapat ditambahkan sebagai fasa dalam yang disebut sebagai fasa dalam yang disebut sebagai bahan internal dan sebagai fasa luar yang disebut bahan eksternal. Mekanisme kerja dari bahan penghancur adalah :
- jika kontak degan air akan mengembang sehingga volume tablet membesar dan akhirnya pecah,contoh : golongan selulosa.
- Memecah ikatan partikel tablet sehingga akan pecah.
- Membentuk kapiler,contoh : golongan amilum dan selulosa
- Membentuk gas : asam sitrat dan bikarbonat
- Membentuk lelehan, contoh : oleum cacao
- Penghancur akan melarut, contohnya : PEG
- Ditambahkan dengan cara bersama bahan aktif, contohnya : penghancur dalam memecah granul menjadi partikel.
- Bersama dengan pelincir, penghancur luar untuk memecah tablet menjadi granul.
tidant memberikan Zat pewarna
Zat warna adalah zat inert secara farmakologi ditambahkan kedalam kedalam massa tablet dalam jumlah kecil untuk tujuan :
1. Memberikan identitas atau untuk membedakan produk yang satu dengan yang lainya.
2. Mengurangi terjadinya kesalahan pada waktu pembuatan.
3. meningkatkan nilai estetika, memperindah atau meningkatkan harga pasar.
Zat yang digunakan adalah zat warna yang diperbolehkan oleh perMenkes dapat dibagi dalam dua golongan :
1. Zat warna larut dalam air, pewarna dapat bermigrasi kepermukaan tablet.
2. Lakes, campuran pewarna tak larut air yang diadsorbsikan pada suatu zat, misalnya Aluminium Hidroksida.
6. Bahan pemanis dan pewangi ( penambah rasa atau aroma)
Zat inert secara faarmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi tablet dalam jumlah kecil yang bertujuaan memperbaiki rasa atau bau tablet, zat pemanis biasanya adalah gula buatan yang ditambahkan kedalam formula tablet effervescent. Cara penambahanya dapat ditambahkan dalam bentuk granul semprot kering atau sebagai minyak atsiri. Biasanya ditambahkan terakhir bersama – sama fasa luar. Zat pengaroma kering lebih mudah ditangani dari pada minyak atsirinya. Penggunaan penambah aroma atau rasa umumnya berpasangan misalnya aroma jeruk dan rasa asam, dan sekaligus ditambahkan warna kuning.
7. Bahan penyerap ( Adsorben )
Adsorben adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi tablet yang bertujuan mengadsorpsi cairan yang ada atau yang akan terjadi dalam massa tablet. Bahan penyerap banyak digunakan dalam jumlah yang sesuai dengan berapa banyak kandungan cairan dalam bahan yang akan dikurangi pengaruh cairanya.
Penambahan adsorben dapat ditambahkan sebagai fasa luar. Jika akan terjadi campuran yang menyebabkan cairan, maka sebaiknya ditambahkan adsorben fasa luar dan fasa dalam. Contohnya adsorben : golongan silika gel seperti aerosil, kaolin, veegum, dan lain-lain.

Zat tambahan atau eksipiens harus memenuhi persayaratan di bawah (menurut Farmakope Indonesia) :
1. Tidak boleh berbahaya dalam jumlah yang digunakan
2. Tidak melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk memberikan efek yang diharapkan.
3. Tidak mengurangi ketersediaan hayati
4. Tidak mengurangi efek terapi
5. Tidak mengurangi keamanan sediaan
6. Tidak boleh menggangu dalam pengujian dan penetapan kadar.


c. Metode Pembuatan Tablet
Sebelum dibuat tablet maka dibuat granul terlebih dahulu, metode untuk pembuatan tablet sama dengan metoda pembuatan granul yang merupakan bagian untuk pembuatan tablet.
Metode granulasi basah 1 :
1. jika bahan mempunyai sifat granul yang baik
2. jika bahan sukar dicampur menjadi granul yang baik
3. jika bahan tahan panas
4. jika bahan tahan cairan
Tahap granulasi basah basah 1 ;
1. Penimbangan, zat aktif dan zat tambahan
2. Penghalusan, haluskan zat aktif dan zat tambahan masing – masing
3. Pencampuran padat
4. Pembuatan larutan pengikat.
5. Pembuatan masa granul dengan penambahan massa padat kedalam larutan pengikat
6. Massa lembab tadi dihaluskan melalui pengayak mesh 6 – 12.
7. Granul basah dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40 – 60
8. Granul yang telah dikeringkan digranulasi lagi dengan melalui pengayak mesh 14 – 20 dalam mesin granulation uji inproces control
9. Menyiapkan massa kempa dengan mencampir granul dengan mencampur granul dengan fasa luar / Lubrikasi
10. Pengempaan

Metode granulasi basah 2 :
1. Jika granul mempunyai sifat alir yang tidak baik
2. jika bahan sukar dicampur menjadi granul yang baik
3. jika bahan tidak tahan panas dan tidak tahan cairan
Tahap granulasi basah 2 :
1. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan
2. Haluskan zat aktif dan zat tambahan masing – masing ( miling )
3. Pencampuran zat padat
4. Penambahan cairan pengikat
5. Granulasi denga mesh 6 – 12
6. Pengeringan tidak mnggunakan lemari penjang
7. Granulasi dengan menggunakan mesh 14 – 20
8. Menyiapkan massa kempa dengan mencampur granul dengan fasa luar | Lubrikasi
9. Pengempaan

Metoda granulasi kering :
1. Jika bahan tidak tahan panas
2. Jika bahan tidak tahan cairan
3. Jika bahan mempunyai sifat granul yang tidak baik
Tahapan granulasi kering
1. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan
2. Haluskan zat aktif dan zat tambahan
3. Campur semua zat aktif dan zat tambahan ( Pencampuran 1)
4. Kempa
5. Granulasi mesh 14 – 20
6. Siapkan massa kempa dengan mencampur dengan fasa luar (pencampuran 2)
7. Pengempaan

Metoda cetak langsung
1. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan ( mixing )
2. Haluskan zat aktuif dan zat tambahan
3. Campurkan zat aktif dan zat tambahan
4. Pengempaan

d. Jenis- Jenis Tablet
Jenis tablet berdasarkan cara penggunaanya :
1. Tablet triturate, tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silindris, dibuat dengan cetakan MTT atau dibuat dengan kompresi CTT dan biasanya sejumlah kecil obat keras di industri tablet ini dibuat secara kompresi dengan skala kecil dengan cara mencetak karena lebih mudah dan lebih murah di banding tablet yang dibuat secara kompresi.
2. Tablet hipodermik, tablet yang penggunaanya dengan menyuntikkan kedalam jaringan, cara penggunaannya dengan cara melarutkan tablet kemudian baru disuntikkan kepada pasien.
3. Tablet bukal dan sublingual, yaitu tablet yang disisipkan dibawah lidah biasanya berbentuk datar.
4. Tablet effervesescent, yaitu tablet yang melarut sempurna dalam air, dibuat dengan menggempa atau mencetak mengandung zat tambahan berupa campuran asam dan basa yang apabila dicelupkan dalam air akan mengeluarkan gas karbondioksida.
5. tablet kunyah, yaitu mudah hancur ketika dikunyah biasanya mengandung mannitol yang berasa dan berwarna khusus.
6. tablet vaginal, tablet yang dimasukkan kedalam vagina untuk pengobatan lokal.
7. Tablet implantasi, yaitu tablet steril yang diberikan atau diletakkan dibaawah kulit.

e. Masalah dalam Pembuatan Tablet
Masalah-masalah yang sering muncul dalam pembuatan tablet :
1. Capping dan lamination yaitu tablet terpisah sebagian atau seluruhya atas dan bawah. Penyebabnya adalah terlalu banyak tekanan saat pencetakan, udara yang terperangkap saat granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu banyak fines dan pemasangan punch dan die yang tidak pas.
2. Sticking, picking dan filming yaitu tablet lengket di permukaan punch dan dinding die sehingga menyebabkan tablet gumpil dan bersisi kasar. Penyebabnya pengeringan kurang/terlalu lembab, lubrikan kurang, terdapat komponen bertitik leleh rendah seperti asam stearat dan PEG, permukaan punch dan die kotor dan kasar.
3. Chipping dan Cracking yaitu pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian atas karena tekanan yang besar.
4. Binding yaitu kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.
5. Mottling yaitu distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya adalah migrasi zat warna yang tidak seragam.

f. Pemeriksaan dan Uji Granul
1. Uji Sudut Henti
Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan dengan ketinggian tertentu. Kemudian granul dialirkan melalui corong dan ditampung pada bagian bawahnya. Gundukan yang tertampung lalu diukur tinggi (dicatat sebagai h) dan diameternya (dicatat sebagai d). Kemudian dihitung sudut hentinya dengan menggunakan rumus :

Setelah diperoleh sudut henti (α –nya) lalu dibandingkan dengan parameter untuk sudut henti sebagai berikut :
Sudut yang terbentuk Keterangan
< 25 o Sangat baik
25 o – 30 o Baik
30 o – 40 o Cukup baik
< 1,6 o Sangat buruk
2. Uji Sifat aliran
Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan dengan ketinggian tertentu. Awalnya granul ditimbang, berat granul dicatat sebagai m. Lalu granul tersebut dialirkan melalui corong dan ditampung pada bagian bawahnya. Waktu yang diperlukan granul untuk melewati corong dicatat sebagai t. Kemudian dihitung sifat alirnya dengan menggunakan rumus :

Setelah diperoleh sifat alir granul (V –nya) lalu dibandingkan dengan parameter untuk sifat alir sebagai berikut:
Sifat alir Keterangan
> 10 Sangat baik
4 – 10 Baik
1,6 – 4 Sukar
< 1,6 Sangat sukar


4. Uji Kompresibilitas

Merupakan pengukuran persen kemampatan. Pada uji ini menggunakan gelas ukur bervolume besar, kemudian seluruh granul dimasukkan ke dalam gelas ukur. Tinggi awal granul dicatat sebagai (Do), kemudian gelas ukur diketuk-ketukkan sebanyak 500 kali ketukan dengan kecepatan konstan. Tingginya lulu diukur lagi dan dicatat sebagai (Df). Diukur persen (%) kemampatan (K) dengan rumus :



Do = tap density (volume granul sebelum dimampatkan)
Df = bulk density (volume granul setelah dimampatkan)
Setelah diperoleh sifat alir granul (V–nya) lalu dibandingkan dengan parameter untuk sifat alir sebagai berikut:
Hasil uji kompresibilitas Keterangan
5 – 12 Sangat baik
13 – 18 Baik
19 – 33 cukup
34 – 38 Buruk
> 38 Sangat buruk
4. Uji kadar air
Susut pengeringan diukur dengan alat Moisture Balance. Kadar air yang baik untuk granul tablet adalah 2 – 5 %.

g. Evaluasi Tablet
Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan telah memenuhi kriteria atau belum. Diperlukan beberapa pengujian, diantaranya adalah :
1. Uji Penampilan
Tablet diamati secara visual meliputi : warna (homogenitas), bentuk (bundar, permukaan rata/cembung), cetakan (garis patah, tanda, logo, pabrik), dll.
2. Uji Keseragaman Ukuran
Kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 11/3 tebal tablet. Uji diameter dan ketebalan tablet ini dilakukan terhadap 20 tablet.
3. Uji Friabilitas
Dilakukan dengan alat Friabilator menggunakan 20 tablet. Parameter yang diuji adalah kerapuhan tablet terhadap gesekan atau bantingan selama 4 menit. Tablet yang baik mempunyai friabilitas < 1%. Nilai friabilitas diperoleh dengan menggunakan rumus :



f = friabilitas
a = bobot tablet sebelum diuji
b = bobot tablet setelah diuji
4. Uji keseragaman Bobot
Uji ini dilakukan terhadap 20 tablet dengan cara menimbang satu persatu. Persyaratan Farmakope Indonesia :
Bobot rata-rata (mg) Deviasi maksimum (%)
2 tablet (A) 1 tablet (B)
2 mg atau kurang 15 30
25-150 mg 10 20
151-300 mg 7,5 15
> 300 mg 5 10
Persyaratan : tidak boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot rata-rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satupun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata kolom B.
5. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrator tester menggunakan 6 tablet. Persyaratan dalam Farmakope Indonesia jilid 3 : kecuali dinyatakan lain semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak bersalut) dan tidak lebih dari dari 60 menit untuk tablet salut gula atau tablet salut selaput.













BAB II
PRAFORMULASI

2.1 Tinjauan Pustaka Zat Aktif
a. Sifat Kimia
Nama : Antalgin
Sinonim : Methampiron
Rumus bangun :





Rumus molekul : C13H16N3NaO4S . H2O
BM : 351,37
Kadar bahan aktif : mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 101,0%

b. Sifat Fisika
Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai kuning
Kelarutan : Kelarutanya 1:1.5 dakm air, 1:30 dalam alchohol ,sedikit larut dalam kloroform dan tidak larut dalam eter.
Stabilitas : Tidak stabil terhadap udara lembab,dan harus terlindungi dari cahaya matahari
Titik leleh :

c. Sifat farmakologis :
Indikasi : Nyeri akut hebat setelah pembedahan atau luka,nyeri karena tumor atau kolik,Nyeri hebat akut atau kronik jika anlagesik lain tidak menolong,demam tinggi bila anti piretik lain tidak bisa menolong.

Kontra Indikasi : Alergi dipiron, granulasi topenia, porfiria intermiten, defisiensi GGPD payah jantung, wanita hamil 3 bulan pertama dan 6 minggu terkir, bayi.
Efek Samping : Infeksi lambung hiperdrosis, retensi cairan dan garam, reaksi alergi sukup sering reaksi kulit edema angioneuretik, agranulositosis, panistopenia, dan netrosis.
Perhatian : pengobatan harus segera bila timbul gejala pertama turunya jumlah sel darah merah atau granulositopenia sakit tenggorokan atau tanda infeksi lain, hati-hati pada penederita berpenyakit darah..
Interaksi Obat :
- Efek ototoksik meningkat bila diberikan bersama aminoglikosida.
- Tidak boleh diberikan bersama etakrinat
- Toksisitas salisilat meningkat bial diberikan secara bersamaan
- Mengantagonis tubokurarin dan meningkatkan efek suksinolkolin dan obat antihipertensi
Mekanisme Kerja :
Dosis Lazim : -

2.2 Rancangan Formulasi
Zat aktif : Antalgin
Pengikat : Avicel pH 102
Penghancur dalam : Amylum kering
Pengisi : Laktosa
Lubrikan : Mg stearat
Glidan : Talkum
Penghancur luar : Amylum kering

2.3 Alasan Pemilihan Bahan
1. Avicel pH 102 sebagai pengikat
Pemilihan Avicel pH 102 sebagai pengikat dikarenakan Avicel pH 102 merupakan pengikat yang kuat pada konsentrsi 1 - 5%. Pengikat yang baik akan mengasilkan daya tarik-menarik antara partikel dengan baik. Selain itu alasan pemilihan amylum sebagai pengikat adalah karena Avicel pH 102 mudah didapatkan.
2. Amylum kering sebagai penghancur dalam dan penghancur luar
Pemilihan amylum kering sebagai penghancur dalam adalah karena amylum merupakan penghancur luar yang umum digunakan. Biasa digunakan dengan dengan konsentrasi 3-15 %. Penggunaan amylum sebagai penghancur harus dikombinasikan dengan bahan lain apabila akan digunakan dalam konsentrasi yang tinggi karena dapat menyebabkan hasil kompresi tidak baik dan tablet yang dihasilkan memiki friabilitas dan capping yang tinggi.
3. Laktosa sebagai pengisi
Pemilihan laktosa sebagai pengisi agar tablet yang dihasikan berasa manis karena bahan aktif (Furosemid) yang hampir tidak berasa dengan demikian akan lebih mudah untuk diterima oleh pasien. Konsentrasi laktosa sebagai pengisi adalah 65-85 %.
4. Mg stearat sebagai lubrikan
Pemilihan Mg starat sebagai lubrikan harus dikombinasikan dengan bahan lain karena Mg Stearat bersifat baik sebagai lubrikan dan antiadheren tapi kurang baik sebagai glidant. Mg stearat sebagai lubrikan konsentrasinya 0,5-5 % tapi apabila dikombinasikan maka kombinasinya tidak bleh lebih dari 5 % karena sifatnya yang hidrofob.
5. Talkum sebagai glidant
Pemilihan talkum sebagai glidan adalah karena talkum merupakan glidan yang baik dan dapat kombinasikan dengan Mg stearat untuk memperbaiki sifat aliran dari granul. Konsentrasi talkum sebagai glidan adalah 1-10 %. Talkum merupakan glidan yang baik tapi kurang baik sebagai anti adheren.
BAB III
FORMULASI TABLET

3.1 Formulasi

Zat aktif : Antalgin
Pengikat : Avicel pH 102
Penghancur dalam : Amylum kering / Amprotab
Pengisi : Laktosa
Penghancur luar : Amylum kering
Lubrikan : Mg stearat
Glidan : Talkum

3.2 Metode Pembuatan Tablet
a. Bahan dan Alat
Bahan :
- Antalgin
- Avicel pH 102
- Amylum kering / Amprotab
- Laktosa
- Talk
- Mg stearat
- Aquades
Alat :
- Beaker glass - Alat uji friabilitas
- Baskom plastic - Kantong plastik
- Sendok - Alat Moisture Balance
- Ayakan - Mesin pencetak tablet
- Timbangan analitik - Oven
- Gelas ukur - Penggaris
- Alat uji waktu hancur disintegrator - Corong

b. Tahapan pembuatan granul dan tablet metode granulasi basah
1. Penimbangan
2. Penghalusan
3. Pencampuran fase padat
4. Penambahan cairan pengikat
5. Granulasi (Mesh 16)
6. Pengeringan
7. Granulasi (Mesh 18)
8. Pencampuran/ lubrikasi
9. Pengempaan / pencetakan

c. Cara Pembuatan dan perhitungan tablet dengan Metode Granulasi basah

Formulasi
Dibuat tablet Antalgin dengan bobot 700 mg/tablet
R/ Antalgin 500 mg
Amprotab 5% Fase Dalam = 92% x 700mg
Avicel pH 102 5% = 644 mg
Laktosa qs
Mg Stearat 1%
Talc 2% Fase Luar = 8%
Amprotab 5%

Perhitungan
Antalgin 500 mg
Amprotab = 5% x 700mg = 35 mg
Avicel pH 102 = 5% x 700mg = 35 mg+
570 mg
Laktosa = 570 mg – 644 mg = 74 mg



Penimbangan
Pada praktikum ini terjadi perubahan metode dari granulasi kering menjadi granulasi basah. Hal ini disebabkan karena pada proses sluging granul tidak dapat dikempa sama sekali.
Fase dalam (FD):
Antalgin = 500 mg x 250 tablet = 125 g
Amprotab = 35 mg x 250 tablet = 8,75 g
Avicel pH 102 = 35 mg x 250 tablet = 18,5 g
Laktosa = 74 mg x 250 tablet = 18,5 g
Mg Stearat = 0,5% x 700mg x 250 tablet = 875 mg
Talc = 1% x 700mg x 250 tablet = 1750 mg

Fase luar (FL)
Mg Stearat = 0,5% x 700mg x 250 tablet = 875 mg
Talc = 1% x 700mg x 250 tablet = 1750 mg
Amprotab = 5% x 700mg x 250 tablet = 8750 mg = 8,75 g

Metode Pembuatan :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Apabila perlu digerus, maka gerus terlebih dahulu sebelum ditimbang.
2. Timbang semua bahan yang akan digunakan.
3. Campurkan seluruh fase dalam (antalgin, avicel pH 102, amylum kering, dan laktosa) kecuali lubrikan (mg stearat dan talc) dalam kantong plastik yang sesuai selama ± 5 – 10 menit (M1)
4. Masukkan lubrikan FD ke dalam M1. aduk hingga homogen selama ± 2–5 menit
5. Kempa massa M1 dengan mesin sluging atau mesin cetak tablet. Pada proses ini slug tidak dapat dibentuk sama sekali sehingga dengan anjuran dosen kami berubah proses dari granulasi kering menjadi granulasi basah.
6. Seluruh M1 lalu ditampung ke dalam baskom. Ke dalam campuran M1, kami memasukkan seluruh FL ke dalam M1 lalu mengaduknya hingga homogen (M2).
7. Ke dalam M2 dipercikkan aquadest qs sampai terbentuk massa yang dapat dikepal dan dipatahkan.
8. Oven granul pada suhu 40o – 60o C selama 1 hari 1 malam. Lalu keesokan harinya campuran dikeluarkan dari oven.
9. Ayak massa tersebut dengan ayakan 18 mesh hingga terbentuk granul.
10. Lakukan evaluasi terhadap granul.
11. Cetak granul hingga terbentuk tablet.
12. Lakukan Evaluasi bterhadap tablet.



















BAB IV
EVALUASI GRANUL DAN EVALUASI TABLET

4.1 Evaluasi Granul
a. Kadar Air
Diukur dengan alat moisture balance.
% Kadar`air = 1,35 % → kadar air yang baik adalah 2 - 5 %.
Kadar air kurang memenuhi syarat.
b. Sudut Henti (α)
Diukur dengan menggunakan alat statif dan corong pisah.
h (tinggi) = 4,2 cm
D (diameter) = 13,9 cm
tg α = 2 h = 2 x 4,2 = 03
D 13,9
α(sudut henti)= 21,8° → sangat baik (< 25°)
c. Sifat Alir (gram/detik)
Laju alir = berat granul= 131 gram = 5,458 gram/detik → baik : 4-10g/detik
waktu mengalir 24 detik
d. Kompresibilitas
Do (tap density) = 20,7
Df (bulk density) = 17
Kompresibilitas = 20,7 – 17 x 100 % = 17, 87 % → baik : 13-18 %
20,7

4.2 Evaluasi Tablet
a. Penampilan (appearance)
-. Bentuk : Tablet bundar
-. Warna : Putih kekuningan
-. Permukaan : Rata dan licin
-. Cetakan : Garis tengah patah

b. Uji Keseragaman Ukuran
Pada uji ini dilakukan uj terhadap Diameter dan Ketebalan Tablet. Pada saat praktikum tablet yang dihasilkan memenuhi standard keseragaman ukuran FI. Karena pada uji terhadap 20 tablet tidak ditemukan adanya diameter tablet yang melebihi 3 kali tebal tablet.
c. Keregasan (Friability)
W1 (berat tablet awal) = 9 gram
W2 (berat tablet akhir) = 7 gram
Friabilitas = [ (W1 – W2)/W1 ] x 100 %
= 9 gram – 7 gram x 100 %
9 gram
= 22,22 %
Keterangan : tablet yang dihasilkan tidak memenuhi standard friabilitas. Karena kerapuhan tablet > 1%.
d. Keseragaman Bobot
Tablet Bobot
(gram) Penyimpangan Tablet Bobot
(gram) Penyimpangan
1 0,48 1, 47 % 11 0,45 4,86 %
2 0,47 0,63 % 12 0,48 1, 47 %
3 0,46 2,75 % 13 0,48 1, 47 %
4 0,49 3,59 % 14 0,49 3,59 %
5 0,48 1, 47 % 15 0,47 0,63 %
6 0,42 11,20 % 16 0,47 0,63 %
7 0,47 0,63 % 17 0,47 0,63 %
8 0,47 0,63 % 18 0,48 1, 47 %
9 0,48 1, 47 % 19 0,48 1, 47 %
10 0,49 3,59 % 20 0,48 1, 47 %
Bobot rata-rata = 0,473 gram
Keterangan : Tablet yang dihasilkan memenuhi standar keragaman bobot FI 3 untuk tablet dengan bobot >300 mg yaitu tidak boleh 2 tablet bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot rata-rata tablet lebih besar dari 5% dan 1 tablet tidak boleh yang bobotnya menyimpang ≥ 10 %. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya tablet yang penyimpangannya lebih dari 5 % dan hanya ada 1 tablet yang penyimpangannnya lebih dari 10 %,
d. Uji Waktu Hancur
Hasil pengukuran waktu hancur tablet dengan alat uji disintegrator memenuhi standard FI 3 yaitu ke-6 buah tablet waktu hancurnya tidak lebih dari 15 menit, yaitu 1,1 menit.




























BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum pembuatan tablet ini menggunakan bahan-bahan :
Zat aktif : Antalgin
Zat tambahan: a. Bahan Penghancur dalam : Amylum kering
b. Bahan Pengikat : Acivel
c. Bahan Pengisi : Laktosa
d. Bahan Penghancur luar : Amylum kering
e. Lubrikan : Mg stearat
f. Glidan : Talk
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah granulasi basah. Dimana zat aktif dan zat tambahan dibasahi dengan cairan granulasi. Granul dibentuk dengan cara melewatkan massa yang basah melalui ayakan mesh 16 kemudian dikeringkan dalam oven suhu 40 – 500C. Massa granul yang kering diayak kembali dengan ayakan mesh 18 dan selanjutnya dicetak.
Dalam pembuatan tablet hal pertama yang dilakukan adalah pencampuran Fase dalam yang terdiri Zat aktif dan zat tambahan fase dalam pengisi, penghancur dalam, dan pengikat. Setelah fase dalam jadi kemudian ditambahkan fase luar yang terdiri dari penghancur luar, lubrikan dan glidan. Fase dalam dan fase luar dicampurkan menjadi satu dalam kantong plastik baru kemudian dicetak.

Sebelum tablet dicetak harus dilakukan terlebih dahulu uji granul. Uji grarnul yang dilakukan yaitu :
1. Kadar air
Kadar air dari granul yang kami hasilkan adalah 1,35 % (granul ideal memiliki kadar air 2-5%), karena kadar air yang kecil maka granul yang dihasilkan menjadi sangat keras dan sulit untuk di lewatkan pada mesh. Kadar air yang kecil ini menyebabkan tablet yang kami hasilkan menjadi rapuh.
2. Sifat alir
Granul yang kami hasilkan memiliki laju alir 5,458 gram/detik, bila dilihat dari parameter yang ada maka granul ini dapat dogolongkan ke dalam kategori baik yaitu berada di antara range 4 – 10 %.
3. Sudut henti
Granul yang kami hasilkan memiliki sudut henti 31,1°. Bila dilihat dari parameter sudut henti yang ada maka granul ini dapat digolongkan ke dalam kategori cukup baik yaitu berada di antara range 30 o – 40 o.
4. Kompresibilitas
Kompresibilitas dari granul yang kami hasilkan 21,765 %. Bila dilihat dari parameter kompresibilitas yang ada maka granul ini dapat digolongkan ke dalam kategori cukup yaitu berada di antara range 19 % – 33 %. Kompresibilitas berhubungan dengan proses pencetakan dari tablet. Apabila kompresibilitas baik berarti granul akan mudah untuk dicetak.
Setelah mengalami proses pencetakan, tablet yang telah dicetak dilakukan evaluasi yang meliputi : uji dari penampilan tablet (bentuk, warna, permukaan dan cetakan); ukuran dan ketebalan; waktu hancur; keseragaman bobot dan friabilitas atau kerapuhannya dengan masing-masing alat penguji. Hasil yang diperoleh sebagai berikut :
1. Penampilan
a. Bentuk : Tablet bundar
b. Warna : Putih kekuningan
c. Permukaan: Rata dan licin
d. Cetakan : Garis tengah patah
Warna putih kekuningan pada tablet disebabkan karena bahan aktif pada formula merupakan stok lama yang ada di laboratorium yang warnanya sudah sedikit berubah dari warna yang baru.
2. Diameter, ukuran dan ketebalan (keseragaman ukuran)
Diuji dengan menggunakan 20 tablet dan hasilnya rata-rata sama memiliki diameter 0.92 mm dan tebal 0.51 mm. Tablet yang dihasilkan memenuhi standard tablet yang ditetapkan oleh FI 3 yaitu diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak boleh kurang dari 11/3 tebal tablet.
3. Waktu hancur
Waktu hancur tablet yang dihasilkan yaitu 1,1 menit. Pada uji ini tablet memenuhi syarat uji waktu hancur pada FI 3 yang mensyaratkan waktu hancur tablet tidak bersalut kurang dari 15 menit.
4. Keregasan (Friabilitas)
Diuji dengan menggunakan alat Friabilator menggunakan 20 tablet dengan kecepatan 25 kali putaran permenit selama 4 menit. Alat ini menguji kerapuhan suatu tablet terhadap gesekan dan bantingan selama waktu tertentu. Friabilitas tablet Antalgin yang dihasilkan dalam praktikum adalah 22,22 %. Tablet yang dihasilkan tidak memenuhi standard friabilitas yang seharusnya < 1%. Akibatnya tablet yang dihasilkan menjadi sangat rapuh. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena kurangnya kadar air pada granul.
5. Keseragaman bobot
Diuji dengan menimbang satu per satu tablet sebanyak 20 tablet dan dicatat lalu dihitung bobot rata-ratanya. Bobot rata-rata dihasilkan pada praktikum ini adalah 0,473 gram. Tablet yang dihasilkan telah memenuhi standard keragaman bobot yang ditetapkan FI 3.

Kendala yang dihadapi selama praktikum pembuatan tablet adalah :
a. Bahan aktif yang kami gunakan merupakan bahan persediaan lama yang warnanya sudah sedikit berubah. Hal ini menyebabkan warna tablet yang dihasilkan kurang bagus.
b. Alat pencetak tablet yang kurang mendukung (sedikit rusak) sehingga mempengaruhi hasil cetakan tablet dan pada saat evaluasi tablet seperti kekerasan, waktu hancur, dan keregasan.
c. Penggunaan alat pencetak yang sama untuk sediaan tablet yang berbeda zat aktifnya sehingga memyebabkan terkontaminasinya tablet yang dibuat dengan sediaan tablet yang lain.

BAB VI
KESIMPULAN

Kualitas dari tablet yang dihasilkan oleh kelompok kami sudah cukup bagus. Hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya syarat pada uji penampilan, uji keseragaman ukuran, uji disintegrasi, dan uji keseragaman bobot. Namun masih terdapat kekurangan pada uji friabilitas, yaitu tablet kami rapuh. Hal ini dapat dilihat dari besarnya angka friability.

DAFTAR PUTAKA

1. Depkes RI. Farmakope Indonesia Ed III.1979.Jakarta.
2. tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. Obat-Obat Penting. Edisi keenam. 2007. Jakarta; Elex Media Komputindo.
3. Wade, Ainley and Paul J Weller.Handbook of Pharmaceutical excipients.Ed II.1994.London; The Pharmaceutical Press.
4. Taketomo, Carol K.Pediatric Dosage Handbook.Ed VIII.2001.USA; American Pharmaceutical Association.
5. Sulistiawati, Farida dan Nelly Suryani.Buku Penuntun Praktikum Teknologi Sediaan Padat Laboratorium Farmasi.2007. Jakarta;UIN Press